
Jakarta – Bencana kekeringan yang menjadi perhatian dunia sejak 1979, semakin menguat dan menjadi perhatian penting dunia, saat ini.
Sungai sebagai salah satu sumber kehidupan menjadi tumpuan bagi sekitar 8 miliar umat manusia yang kini menghuni Planet Bumi untuk bertahan hidup.
Air merupakan komponen terpenting bagi kehidupan yang menyuplai 70–80 persen kebutuhan tubuh manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami dehidrasi.
Merujuk fakta tersebut, krisis air permukaan dalam konteks politik dan geologi berpeluang memicu perebutan daerah aliran sungai yang membelah wilayah perbatasan antarnegara.
Perang memperebutkan sumber air boleh jadi tak sekadar mitos. Laporan Pacific Institute menyebut konflik air kian menguat hampir di seluruh benua dalam dua dekade terakhir.
Pada 2010–2019, konflik air melonjak di Asia hingga tiga kali lipat dari 111 kasus menjadi 388 kasus dari dekade 2000–2009. Dalam periode yang sama di Afrika, meningkat dari 68 kasus ke 150 kasus.
Situasi serupa juga melanda Amerika Latin dan Karibia yang meningkat 18 kasus ke 61 kasus, Eropa meningkat dari 13 kasus menjadi 18 kasus, Amerika Utara meningkat dari tujuh kasus menjadi 10 kasus. Hanya Australia dan Selandia Baru dengan nol kasus konflik air.
Contoh terakhir adalah peningkatan eskalasi ketegangan Amerika Serikat dan China akibat China membangun 11 SuperDAM di sepanjang Mekong, berakibat berkurangnya suplai air sungai ke beberapa negara Asia di bagian hilir.
Pun dengan meningkatnya ketegangan China-India dan beberapa negara Asia Selatan yang dialiri oleh Sungai Brahmana karena China membangun DAM di sepanjang aliran sungai itu.
World Water Forum Ke-10 pada 18–24 Mei 2024 di Bali, melihat hal itu sebagai salah satu ancaman serius bagi keberlangsungan sumber air yang dimiliki Bumi di tengah persediaan yang kian menipis.
Bumi memang dijuluki sebagai The Blue Planet, sebab 72 persen permukaannya diselimuti air. Sayangnya, hanya tersisa 1 satu persen air di permukaan Bumi yang layak, sehingga terus diperebutkan oleh sekitar 8 miliar manusia sebagai air minum dan keperluan sanitasi.
Laporan PBB melalui World Water Development menyebutkan 2,2 miliar orang di tahun ini tidak memiliki akses terhadap air minum. Selain itu, ada 1,4 miliar orang di 2022 yang terdampak kekeringan.
Selain itu, pada kurun yang sama juga terdapat 10 persen migrasi global karena pengaruh kekurangan air.
sumber : antarasumsel.com
Leave a Reply