Muba lakukan diseminasi audit kasus stunting

Sekretaris Tim Penanganan Penurunan Stunting Kabupaten Muba Mirwan Susanto, Rabu, menyampaikan prevalensi stunting pada balita di Kabupaten Muba berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diambil dari sampel balita pada tahun 2021 berada pada angka 23 persen dan pada tahun 2022 di angka 17, 7 persen.
Ia menambahkan, menurut hasil penilaian status gizi balita yang diambil dari data penimbangan balita di posyandu yang dilaporkan melalui aplikasi e-PPGBM pada tahun 2021 prevalensi balita stunting sebesar 2,22 persen dan tahun 2022 prevalensi balita stunting berada pada angka 1,56 persen kemudian pada tahun 2023 prevalensi stunting pada balita berada pada angka 1,01 persen.
Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan beberapa intervensi yang dilakukan dan terjalinnya konvergensi program dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten ini.
“Tren penurunan angka stunting yang signifikan di Kabupaten Muba juga diikuti sebagian besar kecamatan di tahun 2023. Meskipun angka prevalensi stunting pada tahun 2023 mengalami penurunan, namun masih terlihat sebaran prevalensi stunting di kecamatan yang masih tinggi di atas angka kabupaten, di antaranya ada 5 kecamatan yang angka stuntingnya masih tinggi,” katanya.
Ia menambahkan lima Kecamatan tersebut yakni Babat Toman, Sungai Keruh, Plakat Tinggi, Batanghari Leko dan Bayung Lencir. Hal ini menunjukan belum tuntasnya permasalahan gizi di wilayah ini.
Sementara Kepala BKKBN Kabupaten Muba ini juga menyebutkan, kegiatan audit kasus stunting semester 2 telah dilaksanakan di 4 lokus desa/kelurahan audit kasus stunting yakni Desa Petaling Kecamatan Lais, Desa Bukit Pangkuasan Kecamatan Batanghari Leko, Desa Dawas dan Karya Maju Kecamatan Keluang dengan sasaran audit yakni baduta/ balita stunting, ibu hamil dan ibu nifas berisiko stunting dan calon pengantin berisiko.
sumber : antarasumsel.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*


error: Content is protected !!